Selasa, 27 November 2012

Penjelasan Kalbu (hati) dan akal

Pengertian kalbu dalam kamus besar bahasa indonesia adalah pangkal perasaan batin, hati yg suci (murni);
dan batin itu sendiri adalah sesuatu yg terdapat di dalam hati, sesuatu yg menyangkut jiwa (perasaan hati dsb)
sedangkan nurani adalah perasaan hati yg murni yg sedalam-dalamnya;

Dalam setiap tubuh manusia terdapat satu organ tubuh khusus  yang diciptakan oleh Tuhan yang Maha Esa . Namun kebanyakan manusia tidak menyadari pentingnya organ tubuh tersebut . organ tubuh tersebut merupakan bagian tubuh manusia yang berukuran kecil.Namun jika satu bagian tubuh ini rusak, maka rusaklah manusia itu.

Bagian tersebut adalah hati nurani atau yang dikenal dengan kalbu. Begitu pentingnya arti dari sebuah kalbu, sampai-sampai Rasulullah Muhammad SAW mengungkapkan lewat hadistnya,"Dalam tubuh setiap orang terdapat bagian yang terkecil yang disebut kalbu. Jika kalbunya rusak, maka rusaklah akhlak manusia itu. Namun, jika kalbunya baik, maka baiklah akhlak manusia itu".

Begitu pentingnya sebuah hati nurani atau kalbu itu hingga organ tubuh yang merupakan bagian dari tubuh kita itu menjadi 'tali' pengikat antara kita dan Tuhan yang Maha Esa .

Agar hati bisa setajam pedang , lakukanlah latihan dengan kalbu Anda. Aktifkanlah kalbu Anda agar bisa lebih mendekat pada Allah SWT. Pada dasarnya, semua yang ada di dunia ini ada dalam kalbu. Kegembiraan, kesenangan, kebahagiaan, rasa syukur dan lain-lainnya ada pada kalbu. Oleh karena itu, gunakanlah kalbu Anda untuk selalu bisa berkomunikasi dengan Allah SWT.

apakah Akal tidak penting?
 Allah SWT  tidak akan menciptakan apapun di dunia ini yang sia-sia. Semuanya pasti ada gunanya. Untuk itu, antara akal manusia dan kalbu memiliki hubungan yang sangat penting.

Akal adalah lawan dari jahl (kebodohan atau kejahilan). Keduanya berlawanan dalam segala tahapnya : ontologis, epistemologis, dan aksiologisnya. Meski kejahilan mempunyai semacam eksistensi subyektif dan refleksif, tapi ia tidak memberi efek-efek obyektif dan aktual. Seperti halnya eksistensi warna dalam cahaya. Pada hakikatnya, warna tidak memiliki eksistensi obyektif di alam cahaya.
Secara fisis, foton-foton atau partikel-partikel terkecil cahaya yang dipancarkan dari suatu sumber memiliki energi yang berbeda- beda. Indera dan persepsi kita-lah yang menafsirkan beragam energi ini sebagai warna. Warna sebenarnya tidak eksis disamping cahaya. Akan tetapi, cahayalah satu-satunya yang secara obyektif eksis, sedangkan warna hanya memiliki semacam eksistensi subyektif di dunia cahaya.
Dalam bahasa filosofis, kejahilan adalah kekurangan -pada tingkat paling abstraknya adalah ketiadaan- pengetahuan. Ia hanya bisa menunjukkan arti kurang yang sedikitpun tidak memiliki kualitas ontologis (amr wujudy).
Kekurangan adalah ketiadaan sesuatu dan ketiadaan sesuatu itu tak lain adalah noneksistensi, 'adam atau nothingness.

Untuk mempermudah, saya akan berikan suatu contoh matematis di sini. Ambillah angka sepuluh. Sepuluh dikurangi satu sama dengan sembilan. Sembilan adalah angka yang kekurangan 1 (satu) untuk menjadi 10 (se-puluh). Karenanya, sah kalau saya mengatakan bahwa 9 (sembilan) itu kurang 1 (satu) dibanding 10 (sepuluh) sehingga angka satu tiada, kurang, noneksis, nonbeing, dan lain-lain pada angka 9 (sem-bilan) -bila dibanding dengan angka 10 (sepuluh). Namun, kalau
kita membandingkan angka 9 (sembilan) dengan angka 8 (delapan), maka kita akan mendapatkan "kekayaan" yang luar biasa pada angka 9 (sembilan) dan ke-kurangan pada angka 8 (delapan) dan demikian seterusnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar