Alasan Al-Qur'an Bukan Dari Nabi Mhammad SAW - Al-Qur’an
merupakan murni Kalamullah bukan buatan Nabi Muhammad, bukan buatan manusia
ataupun makhluk Allah lainnya. Hal ini bisa di tunjukkan melaui dalil aqli dan
naqli. Dalam Al-Qur’an Allah SWT, telah menantang umat manusia untuk membuat
satu surat yang bisa menyerupai Al-Qur’an, Firman Allah SWT dalam surat
Al-Baqarah ayat 23 :
و ان كنتم في ريب مما نزلنا على عبدنا فاتوا بسورة من مثله . ودعوا
شهداءكم من دون الله ان كنتم صدقين..
“Dan
jika kamu meragukan (Al-Qur’an) yang Kami turunkan kepada hamba Kami
(Muhammad), maka buatlah satu surah yang semisal dengannya dan ajaklah
penolong-penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar.”(البقرة :23
)
Setelah
itu Allah SWT menegaskan bahwa mereka tidak akan pernah bisa membuat satu surah
yang sama. Dalam surah Al-Baqarah ayat 24:
فان لم تفعلوا ولن تفعلوا فاتقوا النار .....
“Dan jika kamu tidak bisa
membuatnya dan kamu ( pasti) tidak bisa membuatnya maka takutla kamu dengan api
neraka,,,,,” (البقرة 24 )
Dua ayat di atas menunjukkan bahwa
tidak ada manusia yang mampu membuat Al-Qur’an, bahkan untuk membuat satu surah
yang bisa menyamai Al-Qur’an pun tidak ada.
Berikut ini adalah 7 alasan kuat,
kenapa kaum muslimin meyakini Al-Qur’an itu berasal dari penguasa alam semesta,
dan bukan hasil pemikiran Muhammad SAW.
Gaya bahasa
Gaya
bahasa dalam Al-Qur’an sangat berbeda dengan gaya bahasa Muhammad. Jika kita
merujuk kepada buku-buku hadits yang menghimpu sabda-sabdanya, kemudian kita
perbandingkan dengan Al-Qur’an, kita akan melihat perbedaan yang jelas, baik
dalam ekspresi, tema, dan lain-lain. Gaya dialog, mengajar dan orasi banyak
kita jumpai dalam sabda-sabda Muhammad. Di samping itu, sabda-sabdanya juga
menggunakan kata dan makna yang popular di kalangan Arab. Berbeda sekali dengan
Al-Qur’an yang tidak memiliki kemiripan dengan gaya bahasa Arab kebanyakan.
Eksistensi Ketuhanan
Ketika
membaca buku-buku hadits, kita akan menemukan dan merasakan eksistensi
kemanusiaan, adanya ego yang takut dan lemah di hadapan Tuhan. Sedangkan saat
membaca Al-Qur’an, kita akan menemukan betapa Tuhan sedang menunjukkan ego-Nya
yang Maha Perkasa, Maha Adil, Maha Bijaksana, Maha Pencipta, Maha Kasih, dan
kasih-Nya tidak membuat-Nya lemah.
Jika saja Al-Qur’an ini adalah buatan Muhammad, dapat dipastikan akan terdapat
kesamaan dalam gaya bahasa Al-Qur’an dan Hadits. Sudah menjadi aksioma di
kalangan pakar sastra, bahwa tidak mungkin seseorang memiliki dua gaya bahasa
yang memiliki perbedaan yang sangat prinsipal dalam penuturannya.
Muhammad Buta Aksara
Muhammad
adalah seorang buta huruf yang tidak pernah bersekolah. Inilah yang seharusnya
direnungkan. Mungkinkah Muhammad yang buta huruf itu menghimpun sebuah kitab
yang memuat hukum yang paripurna tanpa cacat? Kitab itu bahkan mendapatkan
kekaguman dari Timur dan Barat. Muslim dan non-muslim. Bahkan Al-Qur’an telah
menjadi rujukan dari hukum Eropa. Bagaimana mungkin seorang yang buta huruf
mampu membuat Al-Qur’an dengan kemukjizatan bahasa yang tidak tertandingi dan
satu-satunya? Memuat hukum yang begitu komprehensif, meliputi social, ekonomi,
agama, politik, dan banyak lagi aspek yang lain.
Visi Al-Qur’an yang melampaui akal manusia.
Jika
visi Al-Qur’an tentang kosmos, kehidupan, pola pikir, interaksi, perang,
pernikahan, ibadah ritual, ekonomi dan visi lainnya yang sangat kompleks,
komprehensif dan solid itu benar-benar buatan Muhammad, berarti Muhammad
bukanlah seorang manusia
Aturan dan hukum yang dimuat dalam Al-Qur’an tidak akan pernah mungkin dibuat
meski oleh banyak tim yang diisi oleh manusia-manusia yang memiliki kecerdasan
tingkat tinggi dan ahli di bidang masing-masing. Seseorang, berapapun IQ-nya,
tidak mungkin mampu memformat aturan dalam satu masalah dari seabrek masalah
yang ada dalam Al-Qur’an.
Apakah Muhammad yang buta aksara itu, seorang diri dengan mudah memformat
aturan-aturan dengan visi komprehensif menyangkut masalah kosmos, kehidupan,
pola pikir, dan aspek lainnya?
Al-Qur’an sendiri telah mengeluarkan tantangan yang telah berusia 15 abad.
Tantangan untuk mencipta satu surat seperti yang ada dalam Al-Qur’an. Hingga
hari ini, tantangan itu belum terjawab.
Klaim dari Tuhan.
Jika
memang Muhammad yang mencipta Al-Qur’an, mengapa kemudian Muhammad
menisbatkannya kepada selain dirinya (Tuhan)? Al-Qur’an sudah jelas-jelas
merupakan sebuah karya sastra dan kreasi yang amat sangat luar biasa. Jika
memang kitab itu buatan Muhammad, berarti Muhammad telah menobatkan diri
sebagai manusia luar biasa yang tanpa tandingan. Tapi mengapa Muhammad menolak
meraih kehormatan itu? Apa sebenarnya yang mendasari keengganan Muhammad untuk
mengakui Al-Qur’an itu sebagai kreasinya sendiri?
Ilmu Pengetahuan Modern dalam Al-Qur’an.
Di
dalam Al-Qur’an juga terdapat kemukjizatan ilmiah tentang kosmos (alam
semesta), kedokteran, matematika, dan lainnya. Terdapat puluhan, bahkan ratusan
ayat yang membahasnya. Rasionalkah jika Muhammad yang tidak pernah mengeyam
pendidikan ini, telah menciptakan kitab pengetahuan itu? Dari sekolah mana
Muhammad mengetahui bahwa bumi itu bulat? “Dia menciptakan langit dan bumi
dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan
siang atas malam…” (Al Qur’an, 39:5)
Dalam Al Qur’an, kata-kata yang digunakan untuk menjelaskan tentang alam
semesta sungguh sangat penting. Kata Arab yang diterjemahkan sebagai
“menutupkan” dalam ayat di atas adalah “takwir”. Dalam kamus bahasa Arab,
misalnya, kata ini digunakan untuk menggambarkan pekerjaan membungkus atau
menutup sesuatu di atas yang lain secara melingkar, sebagaimana surban
dipakaikan pada kepala.
Keterangan yang disebut dalam ayat tersebut tentang siang dan malam yang saling
menutup satu sama lain berisi keterangan yang tepat mengenai bentuk bumi.
Pernyataan ini hanya benar jika bumi berbentuk bulat. Ini berarti bahwa dalam
Al Qur’an, yang telah diturunkan di abad ke-7, telah diisyaratkan tentang
bentuk planet bumi yang bulat.
Namun perlu diingat bahwa ilmu astronomi kala itu memahami bumi secara berbeda.
Di masa itu, bumi diyakini berbentuk bidang datar, dan semua perhitungan serta
penjelasan ilmiah didasarkan pada keyakinan ini. Sebaliknya, ayat-ayat Al
Qur’an berisi informasi yang hanya mampu kita pahami dalam satu abad terakhir.
Oleh karena Al Qur’an adalah firman Allah, maka tidak mengherankan jika
kata-kata yang tepat digunakan dalam ayat-ayatnya ketika menjelaskan jagat raya.
Kritik terhadap Muhammad SAW
Dalam
Al-Qur’an banyak dijumpai kritik terhadap Muhammad. Misalnya dalam surat ‘Abasa
(Yang Bermuka Masam). Dalam surat itu, Tuhan menegur Muhammad karena lebih
memperdulikan untuk berbincang dengan bangsawan daripada berbincang dengan
seorang sahabat yang buta.
Dalam
surat At-Taubah ayat 113, Tuhan menegur Muhammad yang mendoakan ampun bagi
keluarganya yang mempersekutukan Tuhan.
Dalam surat At-Tahrim ayat 1, Tuhan menegur Muhammad karena telah mengharamkan
apa yang sebenarnya halal baginya.
Kritik-kritik
tersebut, dan masih banyak lagi kritik lainnya, akan membuat akal sehat sulit
untuk menerima kenyataan bahwa Muhammad-lah yang menulis, kemudian mengabadikan
aib-aibnya sendiri dalam Al-Qur’an. Sementara ada banyak kejadian-kejadian lain
yang tidak bercacat yang pernah ia lakoni.
Seandainya
Al-Qur’an merupakan kreasi Muhammad, sungguh tidak masuk akal apabila ia
mengisahkan aibnya sendiri. Pasti Muhammad akan memilih angle-angle kisah yang
baik-baik saja tentang dirinya, tanpa membeberkan aibnya sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar